Sri hayati

DATA UTAMA Nama lengkap : SRI HAYATI Tempat Lahir : MANINJAU Tanggal L...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Ijuih 3 ( Mengadu Nasib di Kampung Sendiri)  Kisah Nyata
@ Ijuih collection foto

Kisah Ijuih 3 ( Mengadu Nasib di Kampung Sendiri) Kisah Nyata

TANTANGAN GURUSIANA HARI KE 33

Kisah Ijuih 3 ( Mengadu Nasib di Kampung Sendiri)

Kisah Nyata

Keputusan untuk pulang kampung karena keadaan sudah bulat. Ibaratnya memang sudah takdir. Ya memang takdir tak dapat dipungkiri. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalaninya. Begitu juga yang dialami oleh keluarga ijuih.

Kampung nan den cinto. Maninjau padilah masak (Maninjau padi sudah masak). Kehidupan di kampung memang sangat mengasyikkan sekali. Maninjau yang kaya akan hasil Danaunya, dan hamparan sawah yang luas.

Di rantau ayah Ijuh bekerja sebagai buruh bangunan. Sementara di kampung halaman ayahnya pergi kesawah orang, makan upah. Ikut menyiang padi, kemudian digiling pakai mesin. Tidak itu saja, kalau tidak ada ke sawah. Ayahnya pergi mengambil hasil danau. Bisa memukat ikan, rinuak ( ikan kecik-kecil ciri khas danau maninjau), pensi (sejenis kerang kecil). Semua hasil danau tadi dibawa oleh amak ijuih ke pasar. Hasil penjualannya di bawa pulang. Tapi sisanya. Karena sudah dibelikan dulu untuk keperluan dapur.

Begitulah kehidupan keluarga ijuih. Ayah bekerja pagi sampai sore harinya. Membanting tulang demi anak-anaknya yang dicintai. Tanpa menghiraukan kesehatannya sendiri.

Waktu terus berlalu Ijuih dan adik nya bersekolah di kampung. Tamat dari Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negri (MTsN) Tanjung Raya Ijuih melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang juga berada dekat dengan Madrasah aliyah negeri. Memang tak ada pilihan sekolah lain, disebabkan karena biaya dan memang orangtuanya menyarankan untuk melanjutkan ke sekolah Agama juga.

Masa di MTsN Ijuih kelihatan gemuk sekali. Tapi sudah masuk dan belajar di MAN berubah. Bukan karena dia diet seperti yang dilakukan oleh sebagian anak-anak gadis. Tapi karena dia bekerja membantu orang tuanya. Gadis belia itu membantu orang tuanya berjualan keliling (bajojo) pensi. Kemudian di hari libur sekolah, Ijuih ikut orangtuanya mengambil sayuran kangkung di tepi sungai, sementara ayahnya mengambil pensi di danau. Memang luar biasa sekali. Pelajaran hidup bagi Ijuih. Dia sudah terbiasa akan keadaan yang dihadapi keluarganya. Dia mengenyampingkan masa-masa bermain bersama teman-temannya.

Dia sangat menyanyangi orangtuanya. Dia tidak mau melepas sendiri amaknya berjualan dan pergi mencari kangkung di sungai.

Bagaimanakah kelanjutannya,.silahkan ikuti besok ya...👌

#TANTANGAN GURUSIANA HARI KE 33#

Koto Kaciak, 18 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut terus sri.....

19 Feb
Balas

Makasih byk ros

19 Feb

Luar biasaaa buk sri..sebenarnya kisah Ijuih adalah satu perwakilan dari perjalanan hidup kita. Kehidupan yang penuh romantika dan cerita serta kisah sedih masa kecil......semoga jadi motivasi

18 Feb
Balas

Iya pak bashir...makasih pak..tunggu kelanjutannya ya...

18 Feb



search

New Post